Rahim Terbalik Susah Hamil?







Apa yang ingin dicapai pasangan suami istri setelah menikah? Pasti sebagian besar pasangan menginginkan segera mempunyai keturunan. Demikian juga saya. Dulu, empat tahun yang lalu, saya dan pak suami masih LDL alias Long Distance Love. Karena udah kebelet pengen punya momongan kami akhirnya memutuskan untuk konsul ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Alhamdulilah rahim saya sehat, tidak ada miom ataupun kista. Waktu itu tidak dilakukan pemeriksaan dalam, hanya dilakukan USG lewat vagina. Setelah diberi tanggal-tanggal kapan harus berhubungan suami istri, eh bulan depannya saya telat, hahahahaha… tokcer bener dah ah! Alhamdullilah.. kami tidak perlu menunggu lama untuk mempunyai momongan, hanya kosong sekitar 2 bulan pasca menikah.

Lepas memberikan gelar Doktor ASI Eksklusif kepada Qeyla, putri pertama kami, saya memutuskan untuk melepas KB spiral. Sebulan kemudian saya dan suami berencana kembali untuk melakukan konsul ke dokter SpOG. Kami memang sudah tidak LDL lagi, saat itu hanya ingin memastikan kondisi rahim pasca melahirkan dan pasca melepas spiral. Saya berganti dokter, yang terakhir ini saya ke dokter taufik jamaan, di RS Bunda. Dari beliau lah, saya dan suami baru tahu, bahwa ternyata rahim saya terbalik, atau istilah ilmiahnya uterus retrofleksio. Apa itu?saya baru mendengarnya juga.

Kami akhirnya dijelaskan oleh beliau, bahwa kebanyakan posisi rahim sedikit menekuk ke depan (antefleksi), sehingga mulut rahim searah dengan arah keluarnya sperma, dan sperma dapat langsung berenang ke dalam rahim untuk mencapai sel telur. Namun pada sebagian wanita rahim ini berbentuk retrofleksi, yaitu menekuk ke belakang. Pada kondisi tersebut, mulut rahim yang seharusnya searah dengan arah sperma, posisinya menjadi tidak pas dan sperma lebih sulit untuk masuk ke dalam rahim. Ciri paling gampang adalah ketika berhubungan suami istri, sperma langsung “tumpah”.

Pada akhirnya, kami disarankan untuk melakukan proses inseminasi. Karena jika dengan proses “alami” akan susah hamil. Saya sempat bertanya kepada beliau, kok waktu anak pertama cepet dapetnya? Kata beliau, bisa jadi saat itu kondisi sperma suami masih prima. Saya jadi teringat teman saya bulek astri, yang juga mengalami kondisi rahim terbalik. Dengan segala usaha, mulai dari akupuntur sampai harus merasakan sakitnya HSG untuk mendapatkan momongan. Saya hanya bisa mengucapkan syukur Alhamdulillah saat itu saya hanya “kosong” sebentar.

Kebetulan teman kantor ada yang sudah pernah melakukan insem ke dokter taufik juga. Dari obrolan dan diskusi panjang lebar dengan teman, keluarga, ataupun suami sendiri, kami memutuskan untuk mengiyakan anjuran dokter, mengingat usia saya juga yang sudah menginjak 29 tahun. Setelah suami melakukan pemeriksaan ina itu, dikasih vitamin ina itu, dikasihlah tanggal dimana kami akan melakukan proses insem.

Tiba-tiba jederrr…. Akhir tahun ternyata saya ada perjalanan dinas 3 provinsi. Baiklah…kami sepakat untuk menundanya hingga tahun depan (tahun 2013). Namun karena kesibukan, pada akhirnya kami lupa akan proses insem itu. Kalaupun akan insem, kami harus memulai prosesnya dari awal lagi, udah malesss…, hihihihihi.. Ya sudah, pembicaraan itu tidak pernah lagi ada ketika kami makan, ketika kami nonton tipi atau pun ketika ditempat tidur.

Namun rupanya, saya tidak perlu lagi melakukan semua proses inseminasi tersebut. Allah memberikan rejeki dengan kehamilan kedua saya tanpa ada rencana apa-apa, Alhamdulillah… :)



Copyright 2009 coretanku. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates