Baitin Jannati




Memiliki rumah sendiri pastinya impian bagi semua orang, termasuk saya. Namun bagi saya, yang masih ipit-ipit jadi PNS tahun 2009, plus bersuami pegawai swasta biasa, punya rumah sendiri adalah sebuah mimpi yang jaauuuhhh di atas awang-awang. Waktu masih manten anyar, saya masih ayem-ayem saja nebeng di rumah Ibu dan Bapak, toh memang suami waktu itu masih kerja di Kediri, dan adek saya masih kuliah di Semarang, jadi itung-itung nemenin orangtua tinggal. Tapi setelah mas Ahsan diterima kerja di Bandung dan menjadi pegawai tetap disana, maka pelan-pelan kami ingin membangun mimpi kami, punya rumah sendiri.

“Paling lambat anak kita usia 2 tahun kita harus punya rumah sendiri ya Mas”, itu dulu komitmen kami berdua. Bukan apa-apa. Harga rumah makin tahun pastinya makin naik. Uang tabungan kalo gak cepet-cepet di pake buat DP rumah, pasti deh habis kepake-pake buat yang lain. Bisa di bilang kami nekat. Hanya mengandalkan uang tabungan kami di tabungan saja, yang sudah kepotong tiap bulan dengan tabungan pendidikan anak, kami mantapkan tahun ini harus beli rumah.

Bukan rumah luas dengan pintu besar. Atau rumah mewah di kawasan tengah kota dengan harga di luar kemampuan kami. Tidak. Hanya sebuah rumah sederhana, yang ada pojok tempat membacanya berisi deretan buku-buku jendela ilmu. Dengan lingkungan yang bersahabat jauh dari polusi udara dan bisingnya suara. Ada taman kecil untuk berkebun anak-anak kami kelak. Sebuah kamar kecil berwarna biru yang setiap malam terdengar suara ayah bunda mendongengkan kedua anaknya. Dapur mungil berisi selusin piring dan gelas-gelas bersih serta sekeranjang buah menunggu untuk dimakan bersama. Rumah yang berlimpah dengan kasih sayang, gelak tawa, kehangatan dan kebersamaan antara Ayah-Bunda-Kakak dan Adek kelak. Bukan mimpi yang muluk kan? 

Hari pertama bulan Ramadhan, pencarian pun kami mulai. Pertimbangan utama kami yang pertama adalah rumah harus deket dengan kantor. Kebetulan calon kantor saya dan kantor suami hanya berjarak 300 meter dalam satu jalur di jalan by pass Soekarno-Hatta Bandung. Benar-benar seperti sudah di set sama Gusti Allah bahwa kami insyaAllah berjodoh tinggal di Bandung. Di Jakarta, saya harus menempuh perjalanan 1,5 jam setiap pagi dan setiap sore. Total 3 jam saya habiskan di jalan. Duh Gusti… Kadang ketika capek luar biasa mendera, saya pengen nangis. Keinginan saya dari dulu hanya satu, pengen rumah saya deket dengan kantor. Tapi kantor saya di Jakarta Pusat, sangat impossible sekali saya punya rumah di kawasan Menteng! Oh tidaaakkk…..  pajaknya aja gak mampu bayarrrr…… >.< 

Mulai dari daerah Antapani, Margahayu, Margacinta, Gede Bage, Buah Batu, Ciwastra, kami centang dalam list perumahan yang akan dikunjungi. Hari pertama-weekend pertama kami muter-muter saya lagi halangan, jadi bisa meneguk segarnya air ples makan siang di tengah teriknya Bandung, hee.. Weekend kedua, kami muter-muter lagi. Eh kami muter-muternya pake motor, jangan di bayangkan di dalam mobil dengan AC yang dingin dan sejuk. Hari itu kami berdua sama-sama shaum. Di saat dhuzur tiba, kami tepar di satu masjid daerah Ciwastra, sampe ketiduran bentar, hihihihi..

Empat kali weekend kami muterin kota Bandung, udah banyak aja brosur-brosur di tas ransel saya. Kami mulai menyortir satu persatu. Yang akses jalan ke sananya banjir, coret. Yang kompleksnya gak ada masjidnya, coret. Yang harganya di atas harga kemampuan kami, coret. Yang cicilannya di atas gaji saya, coret. Yang indent 6 bulan, coret. Setelah semua di sortir, akhirnya di dapatlah dua pilihan. 

Buat kami, membeli rumah itu seperti memilih jodoh. Kami bukan setahun dua tahun akan tinggal di situ, tapi sampe kelak anak cucu kami hadir *ta’elaaahh*. Maka semua pertimbangan mulai dari bobot, bebet dan bibit kami pikirkan, tentu saja yang sesuai dengan batas kemampuan kami. Dan yang paling utama adalah harus di istikharohi. Supaya rumah yang kami pilih, kelak benar-benar membawa banyak manfaat daripada mudharotnya. Pun akan membawa banyak berkah dan rejeki bagi semua anggota keluarga kami kelak.

Lebaran tahun ini ketika kami mudik ke Demak dan Sragen, kami meminta doa restu ke mbah-mbah dan tentu saja orang tua kami berdua. 
“Walah.. cah cilik kok wes iso tuku omah..” (walah, anak kecil kok udah bisa beli rumah)
Begitu komentar mbah-mbah kami, baik yang di Demak ataupun di Sragen, heeee… Lha wong namanya aja nekat kok mbah… ya wes Bismillah aja.

Bulan September, akhirnya kami memantapkan pilihan. Mulai dari menggabungkan uang tabungan saya (simpanan dari pokja pemilu 2009, hihihi), uang simpanan mas Ahsan, di templokin uang pinjaman dari kantor mas Ahsan, dibantu di tambahin oleh orangtua (namanya disumbang mah gak boleh ditolak), akhirnya Alhamdulillah.. terkumpul jumlah separonya harga rumah itu. Yang separonya lagi kami ajukan KPR. Pilihan kami ke Bank Syariah Mandiri, sistemnya yang murabahah membuat kami tidak tercekik setiap bulannya. :)

26 September 2012, kami melakukan akad jual beli di Bandung. Sah! Alhamdulillahi robbil’alamin… Sekarang kamu punya rumah Nduk….. :) Dan sehari setelah Idul Adha kemarin, kami mulai boyongan bawa mobil pick-up dari Jakarta untuk mengisi rumah. Rumah kami kecil mungil, rumah second tipe 42 dengan luas tanah 90m. Tapi saya suka dengan lingkungannya. Hunian cluster menjadi pertimbangan dasar kami. Dengan sistem satu pintu dan keamanan 24 jam membuat kami merasa tenang. Karena kami di Bandung benar-benar hidup berdua, jauh dari orangtua dan saudara. Nantinya ketika kami berdua bekerja, anak hanya dengan si embak. Tapi yang membuat saya senang sekali adalah, jarak antara rumah ke bakal kantor saya hanya 15 menit naik motor. Yippppiii… Kebayang saya masih sempat antar anak sekolah, kalo istirahat siang bisa pulang barang 1,5 - 2 jam dirumah. Sore sebelum jam 4 saya sudah bisa tiba dirumah dengan kondisi yang tidak suntuk dan capek dengan macet. Belum lagi si ayah, yang kantornya lebih deketan lagi dari rumah. Fuiiihh… membayangkan saja saya sudah bahagiaaaaa….. :)

Mulai masuk kompleks, banyak pohon-pohon pinus di kanan kiri jalan. Pun demikian ketika masuk ke cluster tempat kami tinggal. Setiap rumah ada pohon cemara dan pohon pinusnya. Asri.. sekali, dan rapi. Rumah-rumahnya tidak berpagar. Kesannya jadi “gak sombong”. Jalanannya lebar dan bersih. Di pagi hari banyak rombongan orang-orang lari pagi di jalan utama. Udaranya masih bersih dan teduh. Pertama kali datang kami langsung sowan ke rumah pak RT setempat. Orangnya sangat ramah dan welcome. Begitu juga tetangga kanan kiri, langsung welcome begitu kami mengajak berkenalan. Masjid gak jauh dari rumah. Kebayang Qey akan naek sepeda tiap sore untuk berangkat ke TPQ. Sekolah ada diluar kompleks tapi bisa lewat jalan belakang, jadi gak perlu ke jalan raya besar. Benar-benar rumah impian kami berdua.

Saat ini rumah kami belum ada rak dapurnya, belum ada meja tamunya, belum ada meja makannya, bahkan belum ada tirainya, hihihihihihi…. Nanti akan di cicil dengan berjalannya waktu. Toh saya masih di Jakarta, sementara rumah di tinggali dulu oleh mas Ahsan sambil menunggu proses mutasi saya ke Bandung.

Baitin Jannati, rumahku surgaku. Semoga kelak akan berisi banyak kehangatan, kasih sayang, cinta, kebersamaan dalam beribadah, lantunan ayat-ayat Allah SWT, nyanyian riang anak-anak, gelak tawa ketika saling bercerita dan kekompakan ketika mendapatkan kesulitan, amin.. amin.. Ya Allah.. 

Hihihihi... kemarin sibuk bebenah malah lupa foto rumahnya,   foto yang dari agent nya dulu, ntar menyusul foto-foto yang laen.
                            
                   


Pinus Regency Soekarno Hatta, Cluster Kilimanjaro No. 171 Bandung

Welcome to Batam



Entah kenapa setiap mendapat dinas ke luar pulau Jawa selaluuu… dapatnya pulau Sumatera, pfff.. Mulai dari Bengkulu, Lampung, Palembang, Padang dan terakhir kemaren ke Kepulauan Riau (Tanjung Pinang). Kali ini seneng dapat jatah dinas ke Kepri, karena bisa nyebrang ke Batam, aturan kalo punya passport bisa nyebrang sekalian yak ke Singapore atau Malaysia. Udik sih saya, sampe sekarang belum punya passport #nunduk dalam-dalam#. :x

Berangkat hari Kamis tanggal 4 kemaren, saya bersama 2 rekan *ta’elah bahasanya!!* berangkat dengan pesawat pagi jam 8. Setelah masak buat Qey, pamitan, sun sayang, cium jauh, hadduuh… mulai mellow deh.. Udah ah, gak usah diterusin bagian yang ini :(

Alhamdulillah nyampe Tanjung Pinang sekitar jam 10 pagi. Setelah acara di hotel Plaza sampe sore menjelang maghrib, kami di ajak makan malam diluar. Menu andalah disana adalah sea food. Mulai dari ikan laut, sotong, udang, gonggom (sejenis keong laut) semuanyaaa…. fresh dan khas bau laut. Ngomongin soal gonggom, saya punya cerita. Jadi untuk memakannya, kita harus menggunakan tusuk gigi untuk menusuk daging yang sedikit keluar dari cangkang dan kemudian menarik keseluruhan dagingnya dari cangkangnya. Setelah keluar, dagingnya lembut, gurih, dan ada juga rasa manisnya. Nah saya dong, gak dikasih tau kalo ujung daging gonggom itu keras (semacam kukuya), asal aja saya kremus. Pas kedengeran suara “klethuk”, baru lah pak sekretarisnya bilang “Oh iya, kukunya jangan dimakan, keras itu… lupa tadi saya bilang”. Hadduh.. paakk… telaaattttt!! Udah masuk di perut saya inihh… #elus-elus perut#. Sayangnya, kami gak sempat mengitari Tanjung Pinang, selain karena sudah malam, esok harinya masih ada lanjutan acara hingga pukul 10 pagi. 

Gak sempat beli oleh-oleh khas Tanjung Pinang dan gak sempat beli batik khasnya sana, batik gonggong, benar-benar mengecewakan, hiks. Saya pribadi suka mengoleksi ragam batik nusantara jika saya sedang dinas ke suatu daerah. Rasanya ada yang bisa menjadi kenangan jika membeli batik di bandingkan membeli oleh-oleh makanan. Walaupun oleh-oleh makanan juga masuk dalam list belanja saya ketika dinas, terutama untuk si embaknya Qeyla.

Namun rasa kecewa saya terbayarkan karena mbak wiwid, salah seorang staf di KPU Tanjung Pinang, berbaik hati membelikan kami oleh-oleh, masing-masing satu pack, isinya sotong kering, teri kering dan ikan gereh, uuugghh….. makasih banyak ya mbak wiwidddd…. :k Hanya batiknya yang gak dibeliin, hihihihi *minta di tabok, udah dikasih ngeyang!!*. Besok lah nitip sama temen yang dinas ke sana#menghibur diri sendiri#.

Selesai acara jam 10, kami meluncur ke Pelabuhan untuk menyeberang ke pulau Batam, apa.. ya nama pelabuhannya... Sri Bintan Pura kalo gak salah. Naek Ferry bayar 40.000 rupiah per orang. Dalam pikiran saya kapal Ferry nya tuh gede seperti Ferry yang menyeberang dari Banten ke Lampung. Ternyata ini Ferry penumpang aja alias sejenis speedboat. Perjalanannya menempuh waktu kira-kira satu jam. Ada yang sedikit ngganjel dalam hati saya. Ketika kapal jalan, dan melewati Pulau Penyengat, rasanya pengen banget mampir bentar *emang ojek motor bisa mampir*. Saya pengen banget singgah ke Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur ituuu…  Saya pernah lihat foto-foto teman kantor yang pose-pose di komplek Masjid tersebut. Mupeng….. Sayang gak bisa mampir, cuman lihat dari kejauhan aja, karena masjidnya berwarna kuning mencolok, jadi dari jauh, bahkan dari pelabuhan pun terlihat. 

Sampai di Batam disambut dengan para supir taxi batam yang sahut sahutan menawarkan argo taxi-taxi mereka. Disana mana ada taxi berargo. Setelah deal harga, kami di antarkan ke kompleks Nagoya, tempat hotel kami akan menginap. Hotel tempat kami menginap bernama Hotel Formosa, sampingan persis dengan Lucky Plaza, tempat jualan hape-hape murah *katanya*. Hotelnya bangunan kuno, tapi mayan nyaman, kamarnya juga luassss…. banyak sofanya *udah nama ekeh shofa pulak, makin banyak yak*.





Makan siang, kami di ajak ke rumah makan sup ikan Yong Kee yang terkenal itu. Masih di lingkungan Nagoya juga. Dari hotel kami cukup berjalan kaki, kira-kira 10 menit. Restoran Yong Kee ini menyajikan bermacam-macam jenis Sop Ikan yang khas Batam dan bermacam-macam makanan laut lainnya, plus juga tidak ketinggalan makanan otak-otak versi Batam. Di Restoran Yong Kee kami memesan Sop Ikan. Sop ikan komplit ini terdiri dari macem-macem daging ikan, yang saya “kenal” sih ada ikan tenggiri dan ikan kakap putihnya disitu. Penyajiannya ditambah tomat hijau dan sayuran. Mungkin tomat hijau tersebut untuk menghilangkan sedikit rasa amisnya. Agar lebih enak lagi, sebelum makan dicampuri dulu potongan kecil-kecil cabai hijau yang telah ditambah dengan kecap manis berbumbu yang telah disiapkan. Seporsi nasi juga dihidangkan yang merupakan paket dari Sop yang dipesan. Rasanya? Enyaaakk… pengen nambah sebenernya, tapi malu ih, udah dibayarin minta nambah, xixixixixixi.


Kenyang makan, kami muter-muter sekitar Harbour Bay. Kalo mau nyebrang ke Singapore, bisa dari sini, sayang kami bertiga gak ada yang bawa passport *eh kalo saya gak punya denk*. Setelah itu waktunya berjelajah ke Nagoya Hills, alias mareee kita shopping… :D Sebenernya sama kok dengan mall mall di Jakarta, gak ada bedanya. Saya sempat tanya sama orang Batam “ apa yang khas dari Batam?”, dan jawabannya apa coba? “elektronik mbak”, hiyaaa…….. Tapi emang, kata teman orang KPU Batam, ada yang namanya pasar pagi, dimana yang namanya hape, laptop, dijual aja gitu di trotoar, di emperan toko, macem kacang goreng. Udah muter-muter Nagoya Hills  tapi bingung mau beli apa, beli tipi pegemane bawanya, beli kulkas apa lagi, emang mau naek pesawat pribadi apeeh. Ya wis lah, cari jajanan saja. 

Setelah muter-muter, dapat lah pancake durian  dan cake buah naga merah. Kalo mau oleh-oleh lain lagi, ada kek pisang Villa dan bingka Nay@dam, tapi saya gak beli, udah habis duitnya, heee…. Gak lupa mampir ke toko souvenir, beli tempelan kulkas, kaos buat Qey dan Ayah, beli tas, sama beli makanan produk-produk Malaysia/ Singapore, seperti coklat, teh tarik, kopi tarik, rocca dan sebagainya.

Malam harinya, setelah makan malam di hotel, yang lagi-lagi penuh dengan menu sea food, kami di ajak muter-muter pulau Batam. Kata teman yang mengantar kami “ saya pernah muter-muter Batam pake motor isi full tank, udah keputer semuanya bensinnya masih nyisa”. Hoo… lebih kecil dari Jakarta kali yak pulau Batam berarti. Kesan saya dengan kota Batam ituuu…. Kotanya gak teratur, gak ada konsep. Maap ya pak pejabat daerah…. Habisnya sepanjang yang saya lihat hanya ada mall, hotel, ruko dan club. Hanya daerah Batam kota yang lumayan tertata tata letaknya. Batam Kota adalah sebuah kecamatan kota Batam. Oleh masyarakat Batam Kecamatan Batam Kota lebih dikenal dengan istilah Batam Center. Di Kecamatan inilah terletak pusat pemerintahan Kota Batam, mulai dari kantor Walikota, DPRD, Alun-alun dan Masjid Raya Batam. Dari Pelabuhan Batam Center, jika cuaca sedang terang, lampu-lampu di Singapore sana bisa terlihat dengan jelas. Sayang… waktu itu tak terlihat.

Esok Sabtunya, kami harus pulang ke Jakarta pesawat jam 11. Masih ada waktu buat jalan-jalan sebelum ke bandara. Oleh teman kami orang Batam, kami di ajak untuk melihat Jembatan Barelang, singkatan dari Batam, Rempang dan Galang. Jembatan itu merupakan ikonnya kota Batam yang menghubungkan pulau-pulau yaitu Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru. Keseluruhan jembatannya ada enam. Adalah Pak Habibie yang memprakarsai pembangunan jembatan itu untuk menfasilitasi ketiga pulau tersebut. Sayang karena udah kepepet waktu, kami hanya mampir di satu jembatan saja. Sebelum menuju ke Bandara, kami mampir sejenak untuk menikmati buah naga merah yang di jual di pinggir jalan raya setelah Jembatan pertama (Jembatan Teuku Fisabilillah). Pas tau harganya, langsung lah saya borong, sekilo cuman 25 ribu cobaa….  Lha disini aja satunya 30 ribu. Itu aja katanya kemahalan, biasanya dapet tuh 15 ribu, ah emang saya gak jago nawar  :#


Setelah melalui adegan akrobatik ketika landing di bandara Soekarno Hatta *hihihi… seru.. kayak permainan di Dufan, dhueeelll….. sampe badan terguncang dari kursi*, Alhamdulillah kami selamat tiba di Cengkareng. Ngantri bus Damri, di jemput Ayah di Lebak Bulus, tepat jam 3.30 sampai di rumah. Disambut Qey dengan celotehan “Bunda beliin Kakak apa?” 

Baiklah.. segitu dulu ceritanya. Ini ceritaku, apa ceritamu? Hasyah! emang indomie…. :D



Biar Jauh tapi Dekat di Hati




Hari kamis kemarin saya meninggalkan Qey (26m) untuk dinas ke Kepulauan Riau. Ini mungkin sudah dinas ke sekian kalinya meninggalkan Qey 2 malam, mau gak mau, karena tugas Negara *eaaaa…….*

Dulu ketika Qey belum lepas dari ASI, tiap kali saya akan berangkat dinas, saya selalu tempel tuh kertas di kulkas yang isinya jadwal jam berapa aja ASInya Qey turun dari freezer, supaya gak ada yang terbuang sia-sia. Ya iyalah….bisa nangis saya kalo sampe ngebuang ASIP dari botol :( Dan dinas yang kemarin itu adalah dinas pertama kalinya saya gak bawa peralatan memerah ASI. Biasanya bawa plastic ASIP, bawa pompa, bawa sikat dan sabun cuci botol, ples… yang berat-berain tas, bawa cooler box dan blue icenya.

Mulai dari Qey mengenal makanan (6bulan), setiap saya berangkat dinas, semua sudah saya siapkan. Gak ada makanan instan food dalam kamus nya Qey*tsaahh... *. Ketika masih makan pure, saya tinggal nyetok di freezer pake baby cubes. Pas makan nasi tim, saya tinggal bikin beef gravy untuk dicampurkan di slow cooker bersama nasi tim yang sudah matang. Ketika sudah makan nasi lembek dan sudah makan nasi biasa, makin gampang nyiapinnya. Intinya : gak usah dibikin ribet maaaakkkk.................

Seperti kemaren, sebelum berangkat, apa-apa sudah saya siapkan, supaya gak merepotkan Ibu saya dan meringankan tugas si embak. Termasuk soal makan. Yup, walaupun bundanya “ngilang” selama 3 hari, tidak mengurangi niatan saya untuk tetap memasakkan Qey dengan balutan cinta*tsaaahh… ngemeng apeee… ini*. Maksudnya, tetap, menu saya yang atur, bukan lantas karena saya gak dirumah Qey makan apa kadarnya yang dimakan orang rumah. Sebenernya gak papa juga sih, toh dirumah juga gak pernah masak pake MSG. Masalahnya orang rumah itu gak bisa makan kalo gak pedes :x udah gitu Qey kan maemnya belum se asin masakan orang rumah, masih lebih “light” gitu… karena dikasih garam seumpit sampe sekarang Qey masih doyan-doyan aja ;) Saya gak mau, dengan alasan “gak ada lauk yang gak pedes buat Qey” terus dikasih telor ceplok aja lah pake kecap, hihihii.. Lagian Ibu saya udah saya titipin Qey masak iya masih saya repotkan dengan yang lain. Ibu kan jam 7 musti berangkat ngajar ke sekolah, udah ditunggu murid-muridnya kelas 1 SD di pagar sekolahan :D

Jadi.. sehari sebelum saya berangkat dinas, saya biasanya ijin gak masuk, hahahahahha… jangan ditiru yak. Itung-itung membayar “utang” saya  karena gak bisa nemenin Qey 3 hari kedepan. Selagi Qey bobok siang dan ketika malam Qey udah bobok, mulailah saya beraksi mempersiapkan ina itu untuk keperluan Qey selama saya tinggal dinas.

Menu andalan Qey ketika saya tinggal dinas adalah menu yang simple, karena kan judulnya gak mau tambah merepotkan Ibu yang sudah saya titipin Qey. Pagi menu andalannya adalah bihun goreng. Kemaren di rumah ada stok bihun jagung, bihun cassava dan mie sawi hijau, bisa di selang-seling selama 2 hari itu. Sayurannya sudah saya cuci, potong-potong, dan saya masukkan ke plastic klip per sekali masak. Saya pake wortel serut dan tomat. Saya juga udah biasa menyetok bawang putih yang sudah saya haluskan, saya masukkan ke tempat tertutup. Jadi kalo pagi Ibu kan gampang tuh, tinggal nyeduh bihun dan wortel, terus tumis bawang putih, orek-orek telur, masukin bihun, sayuran-sayuran, sedikit kecap manis, garam seimprit, terakhir seledri, beres!! Gak ada 10 menit udah jadi sarapannya Qey. 



Habis itu Ibu masak buat menu maksi makso nya Qey. Menu andalannya ketika saya tinggal dinas adalah sup sayuran dan nugget, heee…. Tinggal goreng. Eh eh eh eh… nuggetnya homemade yah. Makanya sehari sebelum saya berangkat dinas saya bikin nugget dulu, kadang chicken strips, kadang nugget tahu daging, nah yang kemaren saya bikinin shrimp and chicken roll. 

Sayur udah saya potong-potong, kemaren pake kembang kol, kacang kapri dan daun bawang. Kaldu udah saya siapkan di freezer. Ngomong-ngomong soal kaldu, as I said before, punya slow cooker gak ada ruginyeee….  :-)  Tiap weekend saya pake untuk bikin kaldu dan di stok di freezer, di simpen pake baby cubes. Bisa buat bikin telur bacem, kacang ijo, setup kacang merah, aah… banyak. Kali ini saya nyetok kaldu iga sapi. Ibu tinggal tumis bawang putih yang sudah saya siapkan, masukin kaldu yang sudah cair, masukin sayur-sayuran, tambahin garam, merica dan pala seumprit, beres!. Lauknya tinggal goreng itu shrimp and chicken rollnya, kalo masih sempet pas mau makan siang/ sore Ibu bisa gorengin tempe. Tempe guleeengg…. Kesukaannya Qey…. Heee… :-) Gak bagus yah makan goreng-gorengan gitu? Tenang.. sesekali aja kok, teruatama kalo pas saya tinggal dinas sajah.


Buat cemilannya, kalo saya tinggal dinas, andalannya adalah puding. Gampang, sehat dan simple. Kemarin saya buatkan puding strawberry lapis susu, sayang… gak sempat saya foto…  :( Buahnya? Hooo… dirumah always ada buah, macem-macem buah malah. Pas saya mau berangkat kemaren, saya cek kulkas ada melon, mangga, dan sisa strawberry. Semua Qey doyaann…. :-)

Jadi begini menunya Qey ketika saya tinggal dinas.
Kamis, saya berangkat pesawat jam 9 pagi. Sebelum berangkat saya masak dulu untuk hari itu. Paginya yang gampang nasi goreng ayam tomat, siang-sore bikinin soto ikan dori (pake brokoli dan labu kuning) ples tempe yang tinggal goreng aja. Camilannya bolu singkong coklat (bikin sendiri yah, bukan beli), buahnya, lagi-lagi gampang… ada banyak dirumah, tinggal kupas aja kalo Qey bangun tidur. 
Note : Qey gak begitu suka dengan cemilan biskuit ataupun roti-rotian, dari kecil gak saya biasakan soalnya :) Alasan saya gak bisa baking bisa saya siasati dengan beli biskuit-biskuit homemade via onlen. Tapi ada 5 kali pesen, mau itu Gluten Free, mau itu biskuit sagu, biskuit Oat, teteepp.. paling 3-4 keping dimakan, habis itu udah, sisanya buat maenan masak-masakan :@ Tapi kalo dikasih ketela rebus, jagung rebus, kacang rebus, singkong rebus/ goreng, pisang rebus, langsung mangap!! :D Ahh... bahagianyaaa.... U save my money Qey.....

Untuk hari Jum’at dan Sabtu, selama saya dinas, menu sarapan bihun goreng telur, makan siang/ sore sup sayuran dan shrimp and chicken roll, camilannya puding strawberry lapis susu, buahnya ada 3 macem dikulkas. 

Note : Qey lepas dari ASI (2 tahun) gak minum susu ya boebooo.. jadi gak ada menu mik susu disini, baik itu sufor ataupun susu sapi. Susu UHT low fat, yogurt, yakult dan keju hanya cemilan dia aja. Suka-suka dia mau minta atau enggak, saya gak mengharuskannya. Kadang kalo pas saya buka kulkas, Qey lihat “mereka” dikulkas bilang “ kakak mau kejuuu… atau kakak mau mik yakut” dst. Ya udah saya kasih, tapi kalo gak minta ya gak pa-pa :p

Okeeeyy… itu sekedar berbagi pengamalam saya yang galau ketika meninggalkan anak ketika mau berangkat dinas. Yah… namanya juga cari rejeki mak. Oiya, plastic-plastik clip itu semua masukin dalam satu wadah Tupperware, terus masukin ke kulkas, beres. Kaldu dan shrimp roll masukin ke freezer, beres. Puding juga sama, saya bikin per cup sekali makan. Tata di Tupperware, masukin kulkas, beres. Intinya : gak ribet kan maaakkk??



Pulang hari Sabtu, penerbangan dari Batam, Alhamdulillah.. sampai rumah dengan selamat jam 3 sore. Bawa oleh-oleh buah naga merah banyaaakk…………… disana 1 kg nya Cuma 15 ribu boeboo… Widiihh.. Qey.. 5 hari besok menu buahmu makin berwarna Kak..  :-)

Copyright 2009 coretanku. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates