Tradisi Lebaran (Part 1)






Satu hari menjelang mudik, dan saya belum packing apapun, huuuaaaaa….. Padahal mudik tahun ini lumayan lama, 2 minggu, mantabbbb… Tapi ya itu, kebayang bawa pakaiannya segambreng, 3 koper sepertinya. 
Buat Qey, putri saya yang berumur 3 tahun, ini mudik yang ketiga kalinya. Tahun lalu kami (ayah-bunda-Qey) mudik dengan kereta api. Tahun ini kami memutuskan ikut mobil bapak-ibu supaya ngirit gak perlu beli tiket, huehehehehe…  Bagi saya, ini mudik pertama dengan kondisi hamil. Si “dedek” kemarin sudah sempat diajak dinas ke Banjarmasin, cuman  naik pesawat..  Sedang ini nanti naik mobil Jakarta-Demak,  yang biasanya ketika arus mudik bisa ditempuh 24 jam, weeee.. Dipikir-pikir saya ngalamin itu tiap tahun yak, hehehehe.. 

Ah, lebaran..  Saya selalu menantikan momen-momen special yang mungkin hanya bisa terjadi ketika lebaran saja. Seperti ber temu keluarga besar, mulai dari Mbah uyut, Mbah, budhe, pakde, om, tante dan para sepupu. Apalagi dari keluarga bapak, ada dua om saya yang bekerja di PT Freeport sehingga tidak bisa setiap tahun pulang. Lebaran nanti insyaAllah dua-duanya pulang, kebayang rameeenya rumah Mbah di Demak. :-D

Malam takbiran, dari saya kecil hingga mempunyai anak sekarang, tradisinya tidak berubah di rumah Mbah (dari Bapak-red). Dimulai dari habis dhuzur semua anak, mantu, cucu, cicit sudah kumpul semua. Lalu masak ketupat, lontong, opor, dan sambal goreng. Yang para lelaki kebagian nyembelih ayam dan menthok. Dulu, ketika Alm. Mbah Kung masih ada, kami cucunya sesiangan bikin longsongan ketupatnya, diajarin oleh beliau. Sekarang sih tinggal beli dipasar. Dirumah Mbah, masaknya porsi banyak, karena didesa masih ada tradisi “tuker-tuker”an masakan antar tetangga.  Lepas ashar, kami ke sarean (kuburan-red) Mbah Uyut Kakung dan Mbah Kakung rame-rame. Begitu dengar suara azan  maghrib kami langsung makan rame-rame, lesehan pakai tiker. Setelah itu sholat jamaah sambil takbiran sebentar. Lalu ke ruang tengah, baris rapi, sungkem ke Mbah, mulai dari anak pertama sampai anak ke6. Setelah itu urut berdiri salam-salaman sampai cicit yang terakhir. Habis itu….bagi-bagi amplop, horeeeeee… :-D

Nah, setelah bagi-bagi amplop ini nih, momen yang selalu saya nanti, apalagi kalo enggak “nyumet kembang api” hahahahhaha..  Kami selalu urunan untuk beli kembang api, kembang api yang nyala di langit yah. Nantinya, didesa Mbah bakal tanding keren-kerenan antar kampung. Kebetulan di kampung Mbah, rumah Mbah lah yang jadi jujugan orang-orang, karena dulu Alm. Mbah Kung seorang kyai didesa itu, jadi ketika malam takbiran orang-orang masih pada sowan dirumah Mbah. Seneng….. lihat langit terhias kelap-kelip warna warni, seruu… Apalagi buat Qey, ini pengalaman pertamanya, karena mudik tahun kemarin kami bermalam takbiran diSragen, tempat mertua. Udah gitu, ada takbir keliling juga. Setiap RT menampilkan bentuk bentuk unik untuk diarak, seperti masjid, unta, mobil, sambil terdengar suara bedug bertalu-talu dan suara takbir, tak lupa suara mercon yang memekakkan telinga. Kami semua rombongan kelurga KH. Nurcholis jalan keliling kampung, mulai sowan Mbah uyut sampai ke tetangga-tetangga, kenyang pokoknya.

Ughhhh… Tak sabar menanti semua momen itu. Itu baru satu momen di Mbah dari bapak, belum tradisi dari keluarga ibu, belum pulang ke mertua, semua ada ceritaaaaa….. Dan itu hanya bisa terjadi ketika lebaran.

Semoga mudik besok kami semua diberi kesehatan, keselamatan hingga tempat tujuan dan kelancaran akan semua urusan, amin..amin ya Allah..

Gambar diambil dari sini


Copyright 2009 coretanku. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates