Satu hari menjelang mudik, dan
saya belum packing apapun, huuuaaaaa….. Padahal mudik tahun ini lumayan lama, 2
minggu, mantabbbb… Tapi ya itu, kebayang bawa pakaiannya segambreng, 3 koper
sepertinya.
Buat Qey, putri saya yang berumur
3 tahun, ini mudik yang ketiga kalinya. Tahun lalu kami (ayah-bunda-Qey) mudik
dengan kereta api. Tahun ini kami memutuskan ikut mobil bapak-ibu supaya ngirit
gak perlu beli tiket, huehehehehe… Bagi
saya, ini mudik pertama dengan kondisi hamil. Si “dedek” kemarin sudah sempat
diajak dinas ke Banjarmasin, cuman naik
pesawat.. Sedang ini nanti naik mobil
Jakarta-Demak, yang biasanya ketika arus
mudik bisa ditempuh 24 jam, weeee.. Dipikir-pikir saya ngalamin itu tiap tahun
yak, hehehehe..
Ah, lebaran.. Saya selalu menantikan momen-momen special yang
mungkin hanya bisa terjadi ketika lebaran saja. Seperti ber temu keluarga besar,
mulai dari Mbah uyut, Mbah, budhe, pakde, om, tante dan para sepupu. Apalagi dari
keluarga bapak, ada dua om saya yang bekerja di PT Freeport sehingga tidak bisa
setiap tahun pulang. Lebaran nanti insyaAllah dua-duanya pulang, kebayang
rameeenya rumah Mbah di Demak. :-D
Malam takbiran, dari saya kecil
hingga mempunyai anak sekarang, tradisinya tidak berubah di rumah Mbah (dari
Bapak-red). Dimulai dari habis dhuzur semua anak, mantu, cucu, cicit sudah
kumpul semua. Lalu masak ketupat, lontong, opor, dan sambal goreng. Yang para
lelaki kebagian nyembelih ayam dan menthok. Dulu, ketika Alm. Mbah Kung masih
ada, kami cucunya sesiangan bikin longsongan ketupatnya, diajarin oleh beliau. Sekarang
sih tinggal beli dipasar. Dirumah Mbah, masaknya porsi banyak, karena didesa
masih ada tradisi “tuker-tuker”an masakan antar tetangga. Lepas ashar, kami ke sarean (kuburan-red) Mbah
Uyut Kakung dan Mbah Kakung rame-rame. Begitu dengar suara azan maghrib kami langsung makan rame-rame, lesehan
pakai tiker. Setelah itu sholat jamaah sambil takbiran sebentar. Lalu ke ruang
tengah, baris rapi, sungkem ke Mbah, mulai dari anak pertama sampai anak ke6. Setelah
itu urut berdiri salam-salaman sampai cicit yang terakhir. Habis itu….bagi-bagi
amplop, horeeeeee… :-D
Nah, setelah bagi-bagi amplop ini
nih, momen yang selalu saya nanti, apalagi kalo enggak “nyumet kembang api”
hahahahhaha.. Kami selalu urunan untuk
beli kembang api, kembang api yang nyala di langit yah. Nantinya, didesa Mbah
bakal tanding keren-kerenan antar kampung. Kebetulan di kampung Mbah, rumah
Mbah lah yang jadi jujugan orang-orang, karena dulu Alm. Mbah Kung seorang kyai
didesa itu, jadi ketika malam takbiran orang-orang masih pada sowan dirumah
Mbah. Seneng….. lihat langit terhias kelap-kelip warna warni, seruu… Apalagi
buat Qey, ini pengalaman pertamanya, karena mudik tahun kemarin kami bermalam
takbiran diSragen, tempat mertua. Udah gitu, ada takbir keliling juga. Setiap RT
menampilkan bentuk bentuk unik untuk diarak, seperti masjid, unta, mobil,
sambil terdengar suara bedug bertalu-talu dan suara takbir, tak lupa suara mercon
yang memekakkan telinga. Kami semua rombongan kelurga KH. Nurcholis jalan
keliling kampung, mulai sowan Mbah uyut sampai ke tetangga-tetangga, kenyang
pokoknya.
Ughhhh… Tak sabar menanti semua
momen itu. Itu baru satu momen di Mbah dari bapak, belum tradisi dari keluarga
ibu, belum pulang ke mertua, semua ada ceritaaaaa….. Dan itu hanya bisa terjadi
ketika lebaran.
Semoga mudik besok kami semua
diberi kesehatan, keselamatan hingga tempat tujuan dan kelancaran akan semua
urusan, amin..amin ya Allah..
Gambar diambil dari sini
Gambar diambil dari sini
0 komentar:
Posting Komentar