Gambar di ambil dari sini
“Susu ibu hamil hanya ada di Indonesia”
Jebreeeett… eh salah ya, jederrrr… sumpah saya baru tahu sekitar 3 minggu lalu
ketika saya menonton program 3’60 di salah satu tivi swasta, yang saat itu
sedang membahas kontroversi susu sapi.
Dulu, ketika saya hamil anak yang pertama, saya benar-benar
menjadi korban iklan. Dari mulai ketahuan saya mengandung usia 6 minggu sampai
sebulan sebelum melahirkan, saya mewajibkan diri minum susu ibu hamil sehari 2 kali.
Gak tanggung-tanggung, saya minum yang rasa coklat, ples merk An*um pula,
sukses lah bikin pipi saya gembil dan nguras isi kantong saya, hhhhh… Sampai ketika usia kehamilan saya memasuki
sebulan sebelum HPL, saya harus diet ketat, karena BB bayi saya sudah 3,4 kg. Dokter
mewanti-wanti supaya mengurangi asupan karbohidrat dan stop minum susu karena
ditakutkan bayi lahir dengan berat badan berlebih, dan dikhawatirkan akan mengalami kesulitan ketika melahirkan.
Sebulan penuh saya stop makan nasi, hanya makan siang saja
perut saya kemasukan nasi. Selebihnya saya makan buah, sayur-sayuran, madu,
roti gandum, dan yang pasti stop minum susu. Alhamdulillah saya akhirnya bisa
melahirkan secara normal walaupun BB bayi saya yang pertama cukup gede, 3,6 kg,
hihihihi..
Pengalaman itulah yang pada akhirnya membuat saya lebih
melek dengan kesehatan. Bahwa kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang kurang saya
perhatikan. Di kehamilan kedua ini saya tidak mengkonsumsi susu ibu hamil,
minumnya susu kedelai malah. Memang sih, banyak ibu hamil yang merasa khawatir, jika asupan kalsiumnya kurang dikhawatirkan janin akan mengambil jatah kalsium
dari tulang ibunya, karena itulah banyak ibu hamil minum susu hamil karena
berharap memperoleh tambahan kalsium untuk si janin.
Tapi…. Membaca artikel mbak Dyah Pratitasari di majalah
Nirmala, membuat saya ber “oo….oo…ooo…”. Bahwa berapapun persediaan kalsium dan
zat nutrisi lain yang dimiliki oleh sang ibu, janin akan menyerap jumlah yang
sama. Jadi, bukan berarti bila ibunya minum susu lebih banyak, janinnya akan
memperoleh kalsium ekstra bagi pertumbuhannya.
Lalu, mekanisme penyerapan kalsium di dalam tubuh juga tidak sesederhana
itu. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, penyerapan kalsium
memerlukan bantuan protein. Susu memang mengandung kalsium sekaligus protein
yang tinggi, namun untuk mencerna kalsium, jumlah protein ini terlalu tinggi
sehingga justru menyulitkan proses penyerapan.
Saat ini, usia kehamilan saya memasuki 22 minggu. Berat badan
saya masih di angka 53kg. Banyak komentar yang saya dengar, “gak segendut yang
waktu hamil Qey ya Ka’..”, hahahahaha.. Yang jelas kenaikan berat badan
yang terlalu cepat atau terlalu banyak perlu diwaspadai, karena itu termasuk
salah satu indikasi terjadinya komplikasi. Obesitas merupakan indikasi nutrisi
yang dikonsumsi tidak seimbang. Selain memicu pre eklamsia, ibu hamil yang
obesitas juga berpotensi melahirkan bayi besar serta mengalamai obesitas di
kemudian hari.
Perbedaanya dengan hamil pertama? Jelas ada… Sekarang saya merasa lebih nyaman dan sehat dibanding
yang dulu, dan yang pasti gak gampang laperrrr… Kalo dulu saya pemangsa
segalanya, tapi yang ada saya sering ngerasa lemes. Sekarang lebih berenergi.
Gak perlu merasa bersalah hamil tanpa minum susu, susu gak
wajib buat bumil kok. Karena yang diperlukan oleh ibu hamil adalah nutrisi yang
cukup dan seimbang. Setiap hari menu saya harus ada sayurnya, tak lupa sering ngemil buah-buahan. Camilan manis-manis masih kadang saya makan, kalo pas lagi pengen banget. Tapi tidak segila waktu hamil Qey dulu. Hmm... Semoga sehat terus ya dek.. J