Bismillahirrohmanirrohim…
Nduk, ingatkah kau akan foto ini?
Ini fotomu ketika kamu berumur 2
hari setelah Bunda lahirkan di dunia. Kamu terlihat tertidur pulas. Kenapa? Karena
kamu habis selesai nenen. Gak terasa Nduk, sudah 2 tahun Bunda memberimu cairan
cinta yang bernama ASI. Sudah saatnya kamu berhenti nenen. Dua tahun adalah
masa yang sempurna bagi seorang Ibu menyusui anaknya. Perlu ketetapan hati dan
komitmen yang kuat dalam menyapihmu, karena Bunda berniat ingin memberikanmu
perpisahan yang indah.
Menyusui adalah saat-saat
terindah bagi kita Nduk. Alhamdulillah Bunda hanya sekali mengalami lecet puting,
itupun hanya 3 hari. Bunda cukup oleskan ASI dan krim kamilosan. Kalau kamu mau
nenen, Bunda basuh dulu dengan air hangat. Jadi walaupun lecet (dikit) Bunda
tetap menyusuimu. Bersyukurlah, karena Allah menganugrahi Bunda dengan ASI yang
lancar. Kamu bisa menikmati ASI ekskulusif dari Bundamu selama 20 bulan, di
tengah-tengah kesibukan Bunda bekerja dan dinas ke luar kota. Setelah 20 bulan
kamu baru Bunda kenalkan dengan susu UHT. Tapi memang dasarnya kamu itu
nenenholic Nduk, kamu hanya minum susu UHT selama Bunda tinggal kerja saja,
itupun Bunda kasih yang kemasan 125ml jarang habis. Selebihnya kalau Bunda
dirumah, selalu kamu mintanya nenen.
Memasuki usiamu ke 23 bulan, kamu
sudah sadar dengan penuh, bahwa nenen hanya boleh dirumah, dikamar, dan keadaan lampu redup, yang artinya nenen
hanya untuk menghantarkan tidurmu. Diluar 3 kondisi itu, kamu gak pernah
meminta nenen. Bahkan kalo melihat kancing baju Bunda kebuka, kamu langsung
bilang “ tutup Bunda… malu ih..”. Pinternya kamu Nduk.. Semua hanya perlu keseriusan Bunda memberimu
pengertian dengan lembut setiap waktu, tanpa ancaman, tanpa tendensi apapun,
dan yang pasti meminta petunjukNya.
Seminggu sebelum kamu berulang
tahun, kita mudik lebaran Nduk. Kita naik Kereta Api Harina dari Bandung menuju
Semarang. Kita bertiga bersama Ayah menempuh perjalanan malam. Di kereta itu
untuk pertama kalinya kamu tidur malam tanpa nenen. Tanpa perlu Bunda bicara, kamu
sadar, ini bukan dirumah. Kamu hanya bilang “Bunda aku mau bobok, ngantuk”, dan
5 menit setelah itu kamu tertidur dengan pulas sampai tiba di Stasiun Tawang
Semarang. Duh.. bangganya Bunda padamu Nduk..
Setelah itu malam selanjutnya
Bunda mulai memantapkan hati untuk mulai menyapihmu. Bundamu mencoba untuk
tutup telinga rapat-rapat dengan omongan orang-orang sekitar. Mbah Uti mu di
Sragen menyuruh Bunda untuk mengolesi pahitan di puting Bunda. Saudara-saudara
Bunda menyuruh Bunda menempelkan plester dan obat merah supaya terlihat sedang
sakit. Bahkan ada yang menyuruh Bunda untuk pergi ke tukang pijat bayi agar di
kamu dipijat dan diberi ramuan supaya kamu “lupa” akan nenen. Duhduhduhduh.. Bundamu
ini gak pengen pake cara-cara seperti itu Nduk. Bukannya Bunda tidak menghargai
mereka, tapi sekali lagi, Bunda ingin memberimu perpisahan yang indah, yang
kita lakukan dengan sadar.
Hanya dengan memberimu pengertian
bahwa “Kakak Qeyla sudah besar, sudah mau 2 tahun, sudah gak perlu nenen lagi”,
kita melewati hari-hari menyapihmu Nduk. Tak henti-hentinya kata-kata “Kakak
Qeyla anak pinter, Kakak Qeyla anak hebat” Bunda katakan padamu sambil
mengusap-usap kepalamu dan memandang wajahmu dengan teduh. Awal-awal kamu
disapih, kamu menangis, mberontak, semua ditendangin. Di gendong salah,
dipegang gak mau, di tepuk-tepuk gak mau juga. Ya ya ya.. Bunda tau Nduk, ini
adalah masa adaptasi bagimu, pasti gak mudah. Pada akhirnya kamu tertidur
setelah minta di bacain buku cerita oleh Bunda dan di tepuk-tepuk kakimu oleh
Ayah. Malam selanjutnya kamu tidur setelah Bunda usap-usap kakimu. Tapi tengah malam
kamu terbangun dan minta nenen. Hati Bunda goyah Nduk, gak tega. Akhirnya Bunda nenenin kamu. Tapi tak lupa Bunda usap-usap kepalamu dan mengatakan bahwa Kakak
pinter dan hebat.
Hari ke tiga kamu disapih, kamu
tertidur dengan mudahnya, setelah bilang “Kakak capek, mau bobok”. Hari ke empat.
Lagi-lagi kamu ingat akan nenen. Dan akhirnya kamu nenen. Saat nenen itu Bunda
bertanya “Enak ya Kak nenen Bunda?”. Di luar dugaan, kamu tiba-tiba melepas
nenen Bunda dan bilang “gak enak, udah tutup aja”. Subhanallah.. Selepas itu
kamu tertidur setelah Bunda bacakan buku cerita. Malam-malam selanjutnya kamu
tertidur sendiri. Hari kedua Idul Fitri 1433 H, Ayahmu membuatkan syukuran
kecil-kecilan untukmu Nduk. Saat itu kita sedang di rumah Mbah Uti Sragen. Kita
berlebaran disana sampai hari ketiga Idul Fitri. Karena hari berikutnya kita
harus bertolak ke Solo menghadiri Halal Bihalal, jadi Ayahmu mengadakan
syukurannya 2 hari sebelum ulang tahunmu. Hanya bancaan sederhana. Yang masak
Mbah Uti dan Mbah Budhe-budhe mu. Nasi urap, tempe goreng, ikan asin, telur
rebus dan krupuk karak. Di tata dalam tampah besar. Anak-anak sedesa pada
ngumpul semua di rumah Mbah Uti. Setelah di doain sama Mbah Kakungmu, nasi di
bagi-bagi, dibungkus dengan daun pisang dan daun jati, lalu diselipkan uang
2000an. Makan bareng-bareng bersama saudara-saudara di Sragen di lesehan tikar,
ah.. benar-benar indah Nduk.
Sehari sebelum kamu ulangtahun,
kita kembali dari Solo-Boyolali lalu ke Demak. Malam itu kamupun tidur dengan
gampangnya, mungkin karena sudah kecapekan menempuh perjalanan kota-kota. Tepat
di hari ulang tahunmu, kita semua ngumpul di rumah Mbah Uyutmu, Mbah (Alm) KH
Nurcholis di Sayung-Demak. Rumah Mbah Uyut ketempatan Halal Bihalal keluarga besar H.
Muhyi. Mbah Muhyi itu Mbah Uyutnya Bunda. Dihari itu semua orang di sana
memberimu ucapan selamat ulangtahun padamu Nduk. Banyak doa di ucapkan oleh
sesepuh-sesepuhmu. Di hari ulangtahunmu itu pula, Ayah dan Bunda memberimu
kecupan selamat ulangtahun padamu. “Wah.. Kakak sudah 2 tahun sekarang.. Kakak
masih mau nenen?”. Dengan penuh kesadaran kamu menjawab “Enggak, Kakak sudah
besal, sudah 2 tahun”. Air mata rasanya udah mau menetes di pipi Bunda Nduk,
segera Bunda memelukmu dan menciummu sambil berkata “Putri Bunda Ika dan Ayah
Ahsan anak pintar dan hebat!”.
Duh Gusti… rasanya saya belum rela melepas masa-masa
indah menyusui ini. Mau boyok ini pegel, mau kepala tengeng, mau tangan kesemutan, tapi benar-benar nikmat. Nikmat yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Di masa-masa terakhir Qeyla menyusui, tangan Qey
selalu menyentuh-nyentuh wajah saya, kadang jari-jarinya dimasukin ke mulut
saya, malah kadang ke lubang hidung saya. Kalo udah gitu Qey langsung ngekek,
ketawa-tawa. Kalo saya dendangkan lagu, Qey menepuk-nepuk dada saya mengikuti
irama lagu. Oh.. kita sama-sama merindukan masa-masa itu Nduk. Matursuwun Nduk atas semua kenangan indah di dada Bunda.
Semua kita lalui dengan indah
Nduk. Tanpa perlu menakuti-nakutimu
dengan plester dan betadine. Tanpa perlu membuatmu trauma dengan memberikan olesan pahitan. Tanpa membohongimu dengan mengatakan nenen Bunda sakit. Semua kita
lakukan dengan kesadaran. Pun tanpa harus beralih ke botol dot. Bundamu ini gak
suka kalo melihat anak bobok sambil ngedot. Bunda lebih rela bibir Bunda pegel
karena membacakan 10 buku cerita ke kamu daripada melihatmu ngedot. Bunda juga
tidak akan mewajibkanmu untuk minum susu setiap hari setelah kamu usia 2 tahun
ini. Lagi-lagi Bunda mencoba menutup telinga rapat-rapat omongan orang-orang. Yang
dibilang Bunda pelit lah, Bunda kebangetan lah. Ah, Ayah dan Bunda
menanggapinya dengan enteng “ Uangnya buat nyicil rumah di Bandung budhe..,
bukan beli susu”, hee.. InsyaAllah Ayah dan Bundamu ini sudah mengantongi ilmu
yang mumpuni, melalui banyak membaca buku dan tulisan ilmiah, Bunda kekeuh gak
akan memberimu susu formula dan tidak mewajibkanmu minum susu cair. Eh tapi
kamu tetep boleh minum susu cair lho Nduk, lha wong susu bukan barang haram
kok. Boleh.. tapi gak wajib, gitu Nduk.
Tetaplah tumbuh menjadi anak yang
cerdas, sehat, enerjik, dan semoga menjadi “rahmatan lil ‘alamin”, Amin.. Amin
Ya Robbal’alamin.. Tanpa pertolongan dan petunjuk Allah SWT, kita tidak bisa
melalui ini dengan indah seperti ini. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.. We
Love You.
Nduk, walaupun kamu sudah gak
nenen Bunda lagi, Bunda akan selalu sayaaaaaangg… padamu.
Agustus, 2012
0 komentar:
Posting Komentar