Ada satu cerita yang begitu
membekas dalam ingatan saya dan merubah hidup saya. Tsaaahhh…. prolognya terdengar serius benerrr…
Tapi beneran lhoh. Dulu ketika saya
masih duduk di kelas 4 SD, saya membaca sebuah cerita di Majalah langganan
keluarga kami, Bobo. Entah karena daya imajinasi saya yang terlalu tinggi, atau…..
karena saking dudulnya saya makanya percaya begitu saja cerita itu :-(, entahlah… Yang jelas, titik balik saya menjadi penyuka
buah Tomat adalah setelah saya selesai membaca cerita tersebut.
Ya, ika
kecil dulu paling benci sama yang namanya buah Tomat. Huek huek pokoknya kalo
ketemu si buah merah manis ini. Di singkir-singkirin kalo makan sup ketemu sama
si Tomat. Tapiii…. Semua berubah!! *macem Power Rangers saja* setelah baca satu
cerita yang saya lupa judulnya. Ceritanya kurang lebih seperti yang akan saya
tuliskan di bawah ini. Saya ceritakan ulang menurut tata bahasa saya :p
========================================================================
Sudah satu minggu ini Mama selalu
kejar-kejaran dengan Dino. Bukan pada saat bermain, tapi pada saat waktunya Dino
makan. Gara-garanya Dino selalu menolak jika Mama memberikan buah tomat dalam
menu makanannya.
“Enggak mau Ma…. Dino gak suka
sama tomat”, protes Dino kepada Mama.
“Kamu kan belum mencobanya sayang…
tomat itu enak.. Coba dulu deh, manis rasanya. Kalau kamu suka makan tomat,
kamu akan selalu sehat, banyak nutrisinya. Ayo coba dulu”, kata Mama sambil
memberikan satu buah tomat kepada Dino.
“Enggak mau! Dino jijik sama
tomat! Dino gak mau…..”, teriak Dino sambil lari ke halaman belakang.
Mama hanya bisa mengelus dada
“Ya sudahlah…. Mungkin besok akan
aku coba lagi”, kata Mama dalam hati.
Sementara Dino sudah berada di
halaman belakang rumahnya. Halaman belakang rumah Dino sangat asri. Mama suka
sekali berkebun. Banyak tanaman yang dirawat Mama dengan baik dan tekun. Ada kumpulan
bunga mawar yang merembet di sisi pagar kanan lalu ada serumpun melati di pojok
tembok rumah, dan beberapa bunga anggrek yang tergantung rapi. Pohon mangga dan
pohon jambu yang ditanam Papa juga membuat halaman rumah menjadi sangat teduh.
Saat siang hari selepas pulang sekolah, Dino biasanya bermain dengan
teman-temannya di bawah pohon mangga itu. Sengatan matahari tak bisa menembus
kulit Dino dan teman-temannya karena terlindung oleh rindangnya pohon mangga.
“Huh, Mama, bikin kesel saja.
Tomat kan menjijikkan, ada lender-lendirnya, huek! Buah apaan nih”, kata Dino
sambil melempar buah tomat pemberian Mama tadi ke semak-semak melati yang ada
di sampingnya.
Tiba-tiba terdengar suara orang
marah, “Hai, siapa yang melempariku dengan tomat hah!”.
Dino kaget bukan main, Dino
mencari-cari dari mana asal suara itu tapi dia tidak menemukan siapa-siapa.
“Hai kamu, kamu Dino kan? Kamu
yang tadi melempariku dengan tomat ini? Lihat, tomat ini mengenai mukaku. Kau
sungguh keterlaluan”, kata asal suara tadi.
Dino semakin bingung, tubuhnya
gemetar, dia masih menoleh kanan kiri sembari mencari asal suara itu.
“Si…si…siapa itu… Kamu siapaaaa…?
Aku tidak melihatmu…”, kata Dino sambil memendam takut.
“Aku si Kurcaci, lihat di bawah
kakimu, aku disini”, kata suara itu.
Oh, betapa terkejutnya Dino, dia
melihat mahluk kecil dengan pakaian panjang hijau dan topi kerucut di dekat
kakinya. Tinggi badannya hanya sampai mata kaki Dino, kecil sekali. Di mukanya
masih terlihat jelas noda tomat yang ia lemparkan tadi.
“Ma…maafkan aku kurcaci… Aku
tidak melihat ada kamu”, kata Dino.
“Kenapa kau membuang tomat?”,
tanya si Kurcaci dengan muka marah.
“Aku tidak suka tomat Kurcaci..”,
jawab Dino.
“Apa… kamu tidak suka tomat? Ah,
betapa bodohnya kau. Tomat itu buah yang kaya manfaatnya. Jika kau rajin makan
tomat maka kau akan selalu sehat dan terhindar dari berbagai penyakit berbahaya.
Kau tau, aku penyuka tomat. Dan aku paling tidak suka melihat anak yang tidak
suka tomat”, kata si Kurcaci.
“Enggak, aku enggak suka”, kata
Dino.
“Kamu sudah mengganggu tidur
siangku tadi dengan melemparkan tomat ke mukaku. Sebagai hukuman kau akan aku
sulap sebagai kurcaci seperti aku. Mama dan Papamu pasti tidak akan menemukanmu”,
kata si Kurcaci.
“Ampun… ampun pak Kurcaci..
ampuni saya…, kasihan Mama dan Papa, huhuhuhu… ”, tangis Dino.
Si Kurcaci merasa kasihan pada
Dino, akhirnya ia berubah pikiran. Lalu si Kurcaci berjalan sebentar menuju
semak-semak tadi, dan kembali dengan membawa sekeranjang buah tomat segar dan
ranum.
“Baiklah, aku akan mengampunimu. Tapi
kamu tetap akan saya beri pelajaran. Kamu harus menghabiskan semua tomat yang
ada di keranjang ini. Ayo habiskan. Kalo tidak habis, maka aku akan menyulapmu
menjadi kurcaci sepertiku”.
Dino langsung mual begitu melihat
buah-buah tomat itu. Rasanya ingin muntah. Tapi ia tidak mau juga jika disulap
menjadi kurcaci. Bagaimana nanti dengan Mama dan Papa? Bagaimana dengan
sekolahku? Bagaimana dengan teman-temanku? Begitu pikir Dino. Akhirnya Dino
mencoba mengambil satu buah tomat dan berusaha memakannya.
“Huek huek huek, rasaya aneh..”,
kata Dino sambil memuntahkan tomat dalam mulutnya.
“Aku tidak mau tau, kamu harus
menghabiskannya. Cobalah lagi, tomat itu rasanya manis, ayo makan lagi”, kata
si Kurcaci.
Dengan terpaksa Dino mengambil
satu buah lagi, ia coba telan walaupun rasanya ingin muntah, tapi karena ia
ingat hukuman akan disulap menjadi kurcaci itu, maka ia bertekad harus mampu
menelannya.
Dia ambil satu buah lagi, dan lagi-lagi
Dino masih memuntahkannya. Buah ketiga, ke empat , kelima, ia coba masukkan ke
mulutnya, dan lama-lama Dino tidak merasa mual lagi.
“Hmm…ternyata benar, tomat
rasanya manis..enak”, kata Dino dalam hati.
Tidak terasa setengah keranjang
sudah Dino habiskan, dan Dino malah menjadi ketagihan. Rasanya yang segar
membuat Dino ingin makan dan makan lagi.
“Bagaimana Dino, kau masih
sanggup”, tanya si Kurcaci.
“Iya pak Kurcaci, ternyata tomat
itu enak rasanya, segar sekali”, jawab Dino dengan mulut masih penuh dengan
tomat.
Akhirnya satu keranjang sudah di
habiskan oleh Dino, ah.. kenyang.. dan segar di mulut.
“Aku sudah menghabiskan semua pak
Kurcaci. Ternyata Mama benar, harusnya aku mencobanya dulu. Aku tidak
mendengarkan kata Mama. Mulai sekarang aku tidak akan lari-lari lagi jika Mama
memberiku buah tomat”, janji Dino pada si Kurcaci.
“Bagus.. anak yang pintar kau
Dino. Baiklah, sekarang mari ikut aku. Aku akan memperlihatkan rumahku disana”,
kata si Kurcaci sambil menunjuk ke arah semak melati.
“Tidak mau.. aku mau pulang saja
pak Kurcaci, aku belum makan siang tadi, pasti Mama sedang mencariku”, kata
Dino.
“Ayolah.,… ikut denganku
sebentar, ayo..”, bujuk si Kurcaci sambil menyeret tangan Dino.
“Tidak.. aku tidak mau.. aku
tidak mauu….”, teriak Dino.
“Dino.. dino..dino… kamu mimpi
apa sayang.. bangun Dino.. Ini Mama.. “, terdengar suara Mama.
Dino membuka matanya, ia berada
di halaman belakang dengan keadaan terlentang.
“Mamaaa… tolong… tolong aku…”,
teriak Dino sambil memeluk Mama.
“Tenang sayang.. Mama disini, kamu
mimpi apa tadi? Dari tadi Mama mencarimu, ternyata kamu tertidur disini. Ayo kita
masuk ke dalam, kamu kan belum makan siang tadi?”, kata Mama dengan lembut.
Oh, ternyata aku tadi bermimpi,
kata Dino dalam hati, lega rasanya. Ia tidak bisa membayangkan jika tadi pak
Kurcaci membawanya kerumahnya, pasti Mama dan Papa akan semakin bingung
mencarinya.
Sesampai di ruang makan, Dino
langsung mengambil nasi dan sayur sup kesukaannya, dan tak lupa ia menyendok
tomatnya juga yang biasanya ia singkirkan.
Mama melongo, “Kamu doyan tomat
Dino”, tanya Mama dengan keheranan.
“Tentu dong Ma… Tomat kan bikin
kita sehat.. dan rasanya manis, Dino suka”, jawab Dino sambil memasukkan
sesendok nasi ke mulutnya.
Leganya hati Mama, anakku sudah
doyan tomat, pikir Mama, walaupun Mama sampai sekarang belum mengerti bagaimana
bisa Dino langsung bisa doyan tomat.
Nah
teman-teman, jangan beri tau Mamanya Dino ya, ini rahasia. Teman-teman harus
doyan tomat juga seperti Dino, gak mau kan kalo disulap menjadi kurcaci kecil? :)
=========================================================================
Begitulah kurang lebih ceritanya
kawans. Kadang ngakak kalo inget-inget cerita itu. Ajaib emang daya imajinasi
anak macem saya ini. Semenjak baca cerita itu saya benar-benar menjadi penyuka
tomat, heee… Kalo bapak ngajak ke Bandungan Semarang, saya tak lupa minta
dibelikan sekeranjang buah tomat yang ranum dan fresh dari ladang pertanian.
Setelah saya punya anak, saya pun
menekankan anak saya harus suka dengan sayur-sayuran, termasuk tomat. Pendekatannya bukan lewat cerita-cerita menakutkan, tapi melalui pengenalan sayur-mayur sedini mungkin, sejak MPASI saya sudah mengenalkan berbagai macam sayuran, gak pernah
terbesitpun memberikan makanan instan. Saya pun konsisten dengan tidak menambahkan gula garam ke Qey sampai usia 16 bulan, tujuannya supaya lidahnya tidak terkontaminasi dengan rasa-rasa laen dulu, biarkan anak tau Oh ini rasanya wortel, Oh ini rasanya paprika, Oh ini rasanya tomat dsb. Alhamdulillah.. semua berbuah manis.
Qeyla yang sekarang umurnya hampir 2 tahun tidak menjadi picky eater alias
pemilih makanan. Sayur apa saja dimakan, termasuk tomat. Kalo pas saya lagi
pengen banget makan di resto atau di Pizza Hut, cukup kasih Qey salad aja tanpa
mayones. Mulai dari tomat, selada, buah-buah, semua lah tumplekin di mangkok,
pasti Qey akan lebih tertarik dengan isi mangkuk itu daripada yang dimakan Ayah
Bundanya, hee.. Anak pinter.. :)
Bener kata para pakar, jika ingin
membuat sebuah habit pada anak, hindarkan dengan hal-hal yang menakutkan. Seperti
“ayo makan.. kalo gak makan ntar dimakan badut lhoh”, atau “kalo gak habis ntar
di totol ayam lhoh..”. Gak asing kan ya dengan kata-kata itu pada saat kita
kecil dulu? Ya, orangtua kita sering tanpa sengaja menakut-nakuti dengan
hal-hal yang gak ada hubungannya sebenernya. Mungkin maksudnya baik, tapi
tujuannya jadi melenceng. Ya seperti saya ini, gara-gara membaca cerita itu,
sampai sekarang, di usia saya yang sudah 29 tahun, masih saja teringat-ingat
akan cerita itu. Walaupun dengan berjalannya usia pada akhirnya saya tau bahwa
cerita itu hanya takhayul, tapi efeknya, saya jadi penakut, takut dengan
kurcaci itu tadi, hee… :)
Bedanya cerita itu bukan keluar dari mulut orangtua saya, tapi dari majalah
Bobo.
Pelajaran penting buat saya
sebagai orangtua adalah, mulai menyeleksi bacaan anak-anak saya. Jangan sampai
tujuan dari isi cerita itu malah melenceng dari harapan saya. intinya mah : be
smart parents. Semangadttt belajar terus.. \(^_^)/
0 komentar:
Posting Komentar