Ika Shofa Irvina. Bagus
kan? *jawab bagus pokoknyah, heee..*. Dibalik kebagusannya juga mempunyai arti yang
bagus. Nih artinya
Ika : Dalam bahasa sansekerta, Ika artinya satu. Saya anak ke satu
alias mbarep alias sulung.
Shofa : Dalam bahasa Arab, Shofa artinya jernih, suci. Shofa juga
merupakan nama bukit di Masjidil Haram. Saya lahir di bulan Zulhijah, dimana
saat itu umat Islam sedang menjalankan ibadah Haji. Nah, salah satu kegiatan
dalam urutan ibadah Haji adalah Sa’I, yaitu berlari-lari kecil antara bukit Sofa
ke bukit Marwa. Bapak ingin “mengingatkan” kelahiran anaknya di bulan Zulhijah
itu dengan “mengambil” nama salah satu bukit di Masjidil Haram.
Irvina : Ini juga bahasa Arab, yang artinya cerdas, pintar. Sedangkan
menurut bahasa karakteristik Irvina itu artinya Intuitif dan penuh inspirasi, artistik, memiliki selera yang bagus, tidak
dibuat-buat dan unik.
Nah.. jadi kalo digabung artinya adalah anak
pertama yang lahir dengan suci pada bulan Zulhijah dan memiliki watak yang
cerdas, intuitif dan penuh inspirasi. Weeezzz….. keyeeeen.
Udah bagus begindang yak Orang
tua saya ngasih nama, eh… masak ya pas jaman SD saya dipanggil bebek coba?! Iya
bebek… bebek kwek kwek entuh. Eeerrrr…. Sebel banget waktu itu. Critanya dulu
waktu kelas 5 SD saya pindah sekolahan. Nah di sekolah yang baru itu ada anak
resek (tapi baek banget denk), namanya Gati. Tuh orang ya.. bawelnya.. minta
ampun. Terus enak banget ngasih saya nama, mentang-mentang ekeh anak baru. Ika
bebek, begitu dia manggilnya. Kesel!! Tapi gak bisa nolak juga, soalnya
temen-temen yang laen juga dapat nama julukan. Temen saya yang namanya Lisa
dipanggil Minyak, karena bahasa Jawanya minyak kan Lisah, hihihihhi. Terus ada
yang namanya Lia dipanggil Superboy gara-gara dia sangar penampilannya. Terus
ada juga Mbak Dian yang badannya rada gede dipanggil Gembrot. Terus ada lagi
Mbak Dwi yang dipanggil gulu tugel (leher patah) gara-gara di lehernya ada
bekas luka kena sayatan senar layangan*lagian gak ada kerjaan banget sih Lu
Mbak wik, maen biola pake leher, hihihihi* . Macem-macem dulu panggilannya. Termasuk
saya. Entah kenapa saya bisa dipanggil
Bebek, konon katanya saya cerewet. Hah? Saya cerewet?? Saya itu jutek bin galak
taaauukkkk….. *tepuk-tepuk dada*, hihihihihi.
Lepas SD saya dapat panggilan
baru lagi, apalagi kalo bukan Ika Kursi. Huh, bete!! Pada kagak ngarti bahasa
Arab apa yak. Tapi emang nama Ika itu selaluu… ada kembarannya (saya gak mau
bilang itu nama pasaran yak). Jadi untuk mempermudah ika yang ini dan ika yang
itu, ya jadilah nama saya dikasih embel-embel “kursi” karena ada kata Shofa
dalam nama saya. Lagi-lagi hanya bisa pasrah, gak bisa berbuat apa-apa. Mau marah
juga percuma, toh udah terkenalnya begitu *elus dada*. Nama olokan seperti itu
baru hilang ketika saya masuk SMA. Lagi-lagi… banyak nama Ika dalam satu
angkatan, hiks. Ya sudah, akhirnya saya di panggil rada panjang, yaitu Ika
Shofa, hee..
Ibu saya adalah orang yang paling
marah kalo saya menyebut nama teman saya dengan nama olokannya, “HUSH!! Gak
boleh gitu”. Tapi dasar bocah, saya cuman cengengesan ajah. Keknya gak ikut
gaul gitu kalo saya gak ikutan manggil nama-nama keren mereka *pletaakk*.Setelah
sekarang saya menjadi Ibu, saya jadi merasa bersalah*sadarnya baru sekarang*. Nyari
nama buat Qey itu perlu mikir, perlu diskusi, perlu banyak referensi. Bahkan
ketika sudah menjadi nama pun itu adalah rangkaian do’a dan harapan saya dan
Mas Ahsan. Jika orang-orang Barat bilang “Apalah arti sebuah nama”, itu tidak
berlaku buat orang Muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah riwayat, “Seseorang bertanya kepada
Nabi dan bertanya, ‘yaa Rasulullah apakah hak anakku ini?’ kemudian Nabi SAW
menjawab, ‘memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya
kedudukan yang baik’.”(HR.
Ath-Thusi).
Aqeela Nayyara Salim, itu nama
yang kami berikan kepada buah hati kami yang pertama. Aqeela artinya wanita bangsawan yang berakal, pandai dan bijaksana.
Nayyara, dalam bahasa Arab, artinya
bersinar, berkilau. Sedangkan Salim adalah nama belakang Mas Ahsan (Al-Qur’an
Surat Al Ahzab 5: “Panggillah (namailah) mereka dengan memakai
nama bapak-bapak mereka.”). Salim sendiri bermakna selamat, selalu
dilindungi dan tenang. Kalo dirangkai menjadi sebuah do’a bahwa anak kami kelak
menjadi wanita bangsawan Islam (kaya) yang bersinar karena kepandaian dan kebijaksaannya
yang berasal dari keluarga Salim.
Mau itu panggilan sayang kek,
panggilan mesra kek, panggilan biar terkenal kek, saya gak mengijinkan orang
lain untuk memanggil nama selain namanya dan nama panggilannya *wuuiihhh...
keluar dah galaknya*. Ya iya lah.. Dulu jaman Qey umur-umur under 1y, dia itu
enddduuutt bet! Nah, mule deh Mbak-Mbak di kompleks pada manggil nama
lucu-lucuan, dari mulai si tembem sampe dipanggil Boboho! Wooo…. Emaknya gak
trimaaa… Enak aja manggil anak gue begituan. Langsung saya tegur di depan
orangnya. “Namaku Qeyla Mbak cantik.. cantik deh kayak Mbak. Panggil aku Qeyla
yah”.
Makanya saya paling gak suka jika
ada orangtua yang melabeli anak-anak mereka sendiri dengan nama yang buruk. Buruk
menurut saya, terlepas itu nama panggilan sayang atau tidak. Misal anaknya suka
ngomong banyak, dipanggilnya Markonah. Atau anaknya rada pendek dipanggilnya Si
Konthet. Ada lagi anaknya yang hidungnya mendelep di panggilnya Si Pesek.
Padahal nama-nama asli mereka tuh bagus-bagus. Dan yakin deh, orangtuanya juga
pasti menyelipkan doa dan harapan dalam nama-nama mereka. Kelak di
Hari Kiamat mereka akan dipanggil dengan nama tersebut dan dengan nama orang
tua mereka. Jangan sampai (di akhirat kelak) seorang anak dipanggil dengan nama
yang diharamkan atau nama yang buruk yang diberikan oleh orang tuanya pada saat
hidup di dunia. Karena itu, Nabi memerintahkan untuk memberi nama yang baik
kepada anak-anak.
Nah Qey, besok Bunda akan sangat
marah jika Kakak manggil temen-temen kamu dengan nama yang buruk. Mereka
namanya bagus lhoh, jadi panggillah nama mereka dengan nama yang indah itu. Setuju
ya Ka’….. :-)
0 komentar:
Posting Komentar