Review buku Catatan AyahASI




Hah?! Bapak-bapak bikin buku tentang ASI? Ngapain sih?! Soal menyusui kan soal perempuan, tau apa sih bapak-bapak tuh.. 

Eits, kalo masih berpikiran seperti itu berarti dia lah yang aneh! Hare gene gak tau Ayah ASI itu cupuuu… Kejam pula, ketinggalan jaman maksudnya. ^^ U know, keberhasilan pemberian ASI adalah 50% keberhasilan Ayah, sebaliknya kegagalan pemberian ASI adalah 50% kegagalan Ayah. Jadi sekali lagi, hare gene gak tau kehebatan ASI, tidak mendukung seorang ibu untuk menyusui bayinya, maka dialah yang aneh!!

Buku ini lahir dari ocehan di Twitter dengan nama @ID_AyahASI. Kalo yang punya twitter sok mangga di follow. Tujuan awalnya untuk mengecek respon publik, apakah isu ayah peduli proses pemberian ASI ini cukup menarik atau tidak. Ternyata eh ternyata.. sambutan meriah euy.. ngalahin twitternya ayu thing thing*ih sok tau deh…*. 

Di susun berdasarkan dari pengalaman para Bapak-bapak yang tergabung dalam adminnya @ID_AyahASI_Inisiatif Ayah Indonesia, akhirnya keluarlah buku ini. Mereka bukan orang-orang yang perfect. Tapi justru selama saya membaca pengalaman mereka seputar masa-masa menyusui istri mereka, banyak pelajaran yang dapat saya ambil dan berharga sekali. Mulai dari senyum-senyum sendiri, ketawa, bahkan nangis, semua saya alami selama membaca buku ini. Gaya nulisnya blak-blakan ala cowok pada umumnya. 

Terdiri dari 5 chapter, para penulis buku yang terdiri dari delapan orang menuliskan apa yang mereka alami, rasakan dan lakukan selama proses menyusui si buah hatinya. 

Chapter I ditulis berdasarkan pengalaman Dipa Andika Nurprasetyo. Ini nih salah satu chapter yang bikin saya geleng-geleng kepala. Bayangkan, Dipa ini terjun untuk belajar ASI ketika usianya masih 22 tahun, masih ABG perjaka. Udah gitu dia mendalaminya secara serius lhoh. Lebih aneh lagi, Dipa juga menggandeng pacarnya (yang nantinya menjadi istrinya) untuk sama-sama belajar. Hah??  Saya sendiri usia 22 tahun itu sukanya ya baca majalah Gadis, Kawanku atau novel-novel remaja. Itu saya yang cewek. Terus saya membayangkan temen-temen cowok saya, di usia 22 tahun itu mereka (masih) sukanya ngumpulin film bo*ep, ya kan ya kan ya kan, realistis ini lhoh. Maka saya acungkan 4 jempol buat pak Dipa dan ceweknya ini, hebat! Udah mikir sebegitu jauhnya ih. 

Tulisan selanjutnya di tulis oleh Pandu Gunawan. Ia menceritakan pengalamannya shopping Rumah Sakit ketika istrinya akan melahirkan. Dimulai dari sowan ke Mbah Gugel,  Pandu ini benar-benar mencari Rumah Sakit yang bisa menunjang keberhasilan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Seperti apa sih ciri-ciri Rumah Sakit yang sayang ibu dan anak? Ini dia beberapa kriterianya :
  • Sedia kelas kelompok pemberian ASI
  • Aturan tentang ASI eksklusif
  • Mengajarkan ibu cara menyusui, dan menjaga agar terus menyusui, walau terpisah dari bayinya
  • Tenaga kesehatan yang telah di latih Manajemen Laktasi
  • Tidak member minum atau makanan lain selain ASI kecuali ada indikasi medis
  • Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
  • Mendukung ibu dapat member ASI sesuai kemauan bayi (on demand)
  •  Memberikan penjelasan manfaat menyusui dan ASI ekskluisf
  • Tidak member dot atau kempeng pada bayi yang menyusu
  • Bisa rawat gabung ibu dan bayi.
    Sumber : 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui – WHO

Chapter II, ditulis oleh Shafiq Pontoh dan A. Rahmat Hidayat. Menceritakan kehancuran hati mereka ketika harus menghadapi kenyataan bahwa putra mereka lahir secara premature sehingga berat badannya jauh dari normal. Bagaimana menghapadi pihak RS yang tidak mau repot memberikan ASIP kepada bayi yang tinggal di incubator. Belum lagi menghadapai tekanan keluarga besar. Bagaimana mereka mengalami stress ketika para istrinya ternyata tidak dapat menyusui secara langsung, ditambah dengan produksi ASI yang tidak mencukupi kebutuhan bayi. Namun semua mereka lalui dengan happy ending.
Langkah-langkah menyusui bayi premature yang tersaji lewat Breasfeeding Wheel di tuliskan di buku ini. Lalu bagaimana kita tahu kebutuhan ASI bayi kita tercukupi atau tidak juga di paparkan oleh dr. Wiyani Pambudi, Sp.A, IBCLL. Karena proses menyusui bayi premature tidak mudah, jadi harus sabar dan tetap semangat. Di chapter ini saya menstabilo tulisan tentang kenapa sebaiknya tidak menggunakan botol dot untuk memberikan ASIP. Hmm.. PR besar saya untuk anak kedua besok. Karena Qey mik ASIPnya pake dot dari usia 3 bulan hingga disapih kemarin usia 24bulan. Bukan merasa bersalah sih, hanya ingin memperbaiki yang sudah terlanjur, karena banyak efek negatifnya ternyata jika menggunakan dot. Tapi setidaknya sudah sebulan ini Qey lepas dari botol dot karena udah gak minum ASIP, horeeee…. 

Chapter III. Ditulis berdasarkan pengalaman Aditia Sudarto dan Syarief Hidayatullah. Bercerita tentang seputar manajemen ASIP, gimana nyimpen ASIP dikulkas, nyimpen ASIP pake apaan. Satu halaman yang bikin saya tercengang dan bikin gedeg-gedeg kepala adalah ketika melihat tabel ini.
THE COST OF NOT BREASTFEEDING
KELAS HARGA
BIAYA KONSUMSI SUSU FORMULA
TOTAL
0-6 Bulan
6-12 Bulan
1-2 Tahun
Menengah ke atas
5.146.040
5.835.215
7.507.247
18.488.502
Menengah ke atas
2.779.385
2.541.652
5.689.998
11.011.035
Menengah ke bawah
1.364.664
1.028.647
1.867.386
4.260.697
Median atas/ bawah
3.255.352
3.431.931
4.687.317
11.374.600
Per bulan
542.559
571.989
390.610


Lihat perbandingannya ketika hanya ASI
  1.  Kulkas baru 2 pintu           Rp. 3.500.00
  2. Pompa ASI medela            Pinjam (kalo saya beli sekitar 400ribuan)
  3. Sterilizer                              Pinjam (kalo saya beli sekitar 200ribuan)
  4. Botol You-C 1000              Rp. 3000 x 30 (kalo saya dulu nyetok yang botol 150ml   sekitar 50 botol)
  5. 3m band aid tape               Rp. 10.000
  6.  Spidol/ marker                  Rp. 2000
Berapa totalnya hayoooo…. Gak nyampe 5 juta, dan itu bisa untuk adeknya Qey nanti, hee..

Jadi…. 6 BULAN TANPA SUSU FORMULA ITU…
  • Lebih dari cukup untuk beli BB Torch
  • Main futsal sepuasnya, 28 kali sewa gedung
  • Performa motor lebih kinclong, 144 kali ganti oli
  • Makan sampe kenyang, 200 porsi sushi
0-12 bulan tanpa sufor >> iPhone 4
0-2 tahun tanpa sufor  >> iPhone 4 + iPad 2

Kalo saya dan mas Ahsan mengangguk-angguk di angka 11 juta sekian itu dengan gumaman “Hmm… berarti kemaren kita bisa DP rumah itu dari “keuntungan” ngASI ini ya..”. Ya iyalah bo’… 11 juta.. gileee… sebegitu gedenya ternyata pengeluaran untuk susu formula. Beruntung… Qey gak nyufor, Alhamdullilah.. ^^

Lanjut ke chapter IV dan V. Sebuah catatan pinggir yang ditulis oleh Ernest Prakasa dan Sogi Indra Dhuaja. Masih sama dengan sebelum-sebelumnya, menceritakan tentang perjuangan memberikan ASI ke si buah hati, hanya di chapter ini ditekankan tentang MP ASI. Ngasih maem bayi untuk pertama kali itu juga tantangan tersendiri lhoh, tanpa panduan, tanpa ilmu, tanpa referensi, bisa-bisa kita merjerat dengan iklan-iklan makanan instan yang mombardir di media TV itu. Makanya..  jadi Ayah juga musti tau tentang MPASI, biar gajinya gak jatuh ke kasir swalayan, tapi ke tukang sayur yang lewat depan rumah aja. Sisanya bisa buat ngajak istri honeymoon (lagi) *ngikik*

Si Sogi sendiri bercerita tentang pengamalannya tentang tandem breastfeeding plus nursing while pregnancy yang di alami oleh istrinya, dan bagaimana pengalamannya mencari dan menerima donor ASI. Salut tiada tara dengan ibu seperti itu. Tetap menyusui walau masih hamil, dan lanjut menyusui 2 anak sekaligus. Apa langkah-langkah yang harus di ambil ketika ketauan hamil lagi sedangkan masih menyusui. Kapan perlu donor ASI, hal-hal apa yang jadi perhatian utama ketika hendak mencari donor ASI dan bagaimana prosedurnya, semua di bahas di chapter ini. 

Over all, saya hanya mau bilang satu kata : KEREN. Asli, niy buku wajib di baca oleh para cowok yang mau merancang pernikahan, yang akan menjadi seorang Ayah, dan juga para lelaki yang sudah menjadi seorang Ayah. Selamat datang para conscious parents, yang mau mulai membuka mata, hati dan kesadaran bahwa hidup ini sakral, mulia dan patut dirawat dengan cinta dan kewarasan, begitu kata Reza Gunawan dalam komentarnya mengenai buku ini. Bravo Ayah ASI!! Setelah baca buku ini, kita bisa dengan bangga bilang “Yes, I am/ my husband is a breastfeeding father.


Judul buku : Catatan AyahASI
Oleh : @ID_AyahASI : Pandu Gunawan, Dipa Andika Nurprasetyo, Shafiq Pontoh, A. Rahmat Hidayat, Aditia Sudarto, Syarief Hidayatullah, Ernest Prakasa, Sogi Indra Dhuaja
Penerbit : Buah hati
.

1 komentar:

Aditia mengatakan...

Terima kasih sudah memabca bukunya ya :)

Posting Komentar

Copyright 2009 coretanku. All rights reserved.
Bread Machine Reviews | watch free movies online by Blogger Templates